Senin, 19 Desember 2011

Aku Ingin Pulang..

Diposting oleh ♔ Prida Asmarani ♔ di 01.09
Aku Ingin Pulang…
Karya: Prida Asmarani

            “Kak Rollyn!” Teriak Shitta dan Vera gembira ketika melihat Rollyn keluar dari pintu kedatangan. Mereka langsung berlari ke arah Rollyn dan memeluknya.
            Sore ini, Ibu Rollyn, Shitta, dan Vera menjemput Rollyn di bandara. Rollyn baru pulang dari Australia setelah 4 tahun menuntut ilmu di sana. Sebenarnya Rollyn belum lulus kuliah,  namun karena suatu masalah, Rollyn memutuskan untuk meneruskan kuliah di Jakarta.
            Enam bulan kemudian, Rollyn sakit. Badannya panas, kepalanya sakit, dan ia suka mual-mual. Keluarganya banyak yang menjenguknya. Termasuk sore itu, adik sepupunya, Shitta menjenguknya. Ia membawakan Rollyn buah kesukaan Rollyn, yaitu jeruk.
            “Hai Kak Rollyn!” Ucap Shitta ramah ketika memasuki kamar Rollyn dan menghampiri Rollyn yang sedang terbaring di tempat tidurnya.
            “Hai sayang..“ Sahut Rollyn.
            “Nih aku bawain jeruk. Cepet sembuh ya kak biar kita bisa jalan-jalan lagi.” ucap Shitta sambil menunjukkan sekantung plastik jeruk dan menaruhnya di meja yang terletak di sebelah tempat tidur Rollyn.
            “Iya. Do’ain aja ya biar kakak cepet sembuh.” Ucap Rollyn.
            “Pasti dong kak!” ucap Shitta.
***
            Sudah satu minggu lebih Rollyn sakit. Selama itu, keadaannya belum membaik, bahkan keluarganya tidak tahu Rollyn sakit apa. Awalnya, keluarga Rollyn menyangkan bahwa Rollyn hanya sakit demam biasa. Namun, tidak mungkin kalau Rollyn hanya sakit demam tapi sampai sekarang ia belum sembuh. Akhirnya, keluarganya memutuskan untuk membawa Rollyn ke rumah sakit untuk dirawat inap.
            Keesokan harinya, dokter menyarankan agar Rollyn dicek untuk mengetahui penyakit apa yang diderita Rollyn. Rollyn dan keluarganya pun setuju.
            Dua hari kemudian, hasil tes Rollyn sudah ada. Ibu Rollyn dipanggil ke ruang dokter untuk diberitahu dan diberikan hasil tes Rollyn.
            “Bagaimana hasil tesnya dok?” Tanya Ibu Rollyn ketika ia sudah dipersilakan duduk oleh Dokter Ardi.
            “Hasil tesnya bagus. Rollyn tidak mengalami penyakit atau kelainan apa-apa.” Jawab Dokter Ardi.
            “Masa sih dok? Tapi mengapa sudah satu minggu lebih Rollyn belum sembuh dan demamnya belum juga turun?” Tanya Ibu Rollyn cemas.
            “Saya juga bingung, Bu. Awalnya saya juga tidak percara. Namun, hasil tesnya memang benar. Rollyn tidak mengalami penyakit apa-apa.” Jawab Dokter Ardi sambil melihat-lihat lagi hasil tesnya dan memberikannya pada Ibu Rollyn.
            “Oh yasudah kalau begitu. Terima kasih, dok.” Ucap Ibu Rollyn dan ia langsung keluar daru ruangan Dokter Ardi. Ia masih bingung, mengapa Rollyn belum sembuh juga padahal hasil tesnya bagus? Ia pun kembali ke ruang inap Rollyn masih dengan rasa penasaran.
            Setelah empat hari Rollyn dirawat, tidak ada kemajuan apa-apa. Demamnya belum turun. Ia masih merasa pusing, sakit kepala, lemas, dan mual-mual. Melihat keadaannya itu, keluarga Rollyn memutuskan untuk memulangkan Rollyn ke rumah.
***
            “Dek, sebenarnya aku sakit apa sih? Sudah dua minggu lebih aku nggak sembuh-sembuh. Aku capek dek! Aku udah nggak kuat!” ucap Rollyn putus asa sambil menangis ketika adiknya, Vera sedang menyuapi sarapan pagi untuknya.
            “Kak Rollyn jangan berkata seperti itu! Aku yakin nanti Kak Rollyn pasti sembuh. Kak Rollyn juga yakin dan berusaha buat sembuh ya..” ucap Vera menyemangati Rollyn. Ia juga ikut meneteskan air mata.
            “Tapi aku udah nggak kuat dek! Mendingan aku mati aja daripada harus menahan sakit seperti ini!” ucap Rollyn. Tangisnya semakin menjadi-jadi.
            “Hus! Kak Rollyn nggak boleh ngomong kayak gitu. Kak Rollyn nggak boleh ninggalin aku!”ucap Vera dan langsung memeluk kakaknya.
            Akhir-akhir ini, Rollyn sudah putus asa menghadapi penyakitnya. Ia sudah tidak kuat menahan sakit, pusing, mual. Bahkan ia sudah menolak jika disuruh minum obat. Ia mengatakan bahwa obat itu tidak bisa membuatnya sembuh. Buktinya, sampai sekarang ia belum sembuh juga, padahal ia sudah rutin minum obat.
***
            Kini, sudah genap satu bulan Rollyn menghadapi penyakitnya. Selama itu, ia sudah berkali-kali keluar-masuk rumah sakit. Keluarganya juga sudah mencoba membawanya ke pengobatan alternatif. Namun hasilnya nihil. Tidak ada perkembangan apa-apa. Kini keadaannya semakin buruk. Terkadang, ia seperti tidak sadar akan apa yang dikatakannya.
            “Aku ingin pulang…” ucap Rollyn tiba-tiba seperti tidak sadar akan apa yang dikatakannya.
            “Kak? Maksud kakak apa sih? Kakak sudah di rumah. Kakak sudah di kamar kakak sendiri. Kakak sudah tidak di rumah sakit lagi.” Ucap Vera bingung karena mendengar kata-kata kakaknya tadi.
            “Aku mau pulang! Pokoknya aku mau pulang!” bentak Rollyn. Tanpa berkata apa-apa, Vera langsung memeluk Rollyn sambil meneteskan air mata. Ia sedih melihat keadaan kakaknya yang semakin parah. Ketika itu, tiba-tiba Rollyn pingsan. Vera pun panik. Ia langsung memanggil ibunya. Setelah itu, mereka memutuskan untuk membawa Rollyn ke rumah sakit.
            Sesampainya di rumah sakit, Rollyn langsung ditangani dokter. Tidak lama kemudian, ia sudah siuman, dokter pun keluar dari ruangan rawat Rollyn. Ketika itu, dokter memberitahu keadaan Rollyn dan mengusulkan agar Rollyn dicek lagi untuk mengetahui penyakitnya. Karena mungkin saja kali ini penyakitnya itu bisa terdeteksi. Karena kali ini jenis tesnya berbeda dari tes sebelumnya. Keluarganya pun setuju. Tesnya dilakukan hari itu juga, dan hasilnya akan keluar tiga hari kemudian.
***
            Dua hari kemudian, keadaan Rollyn semakin parah. Ia dipindahkan ke ruang ICU agar mendapat perawatan yang lebih intensif. Sore harinya, tiba-tiba Rollyn sesak nafas. Ibu dan adiknya langsung memanggil dokter. Mereka sangat panik.
            Ketika sampai di ruangan Rollyn, Doker Dani langsung memeriksa keadaan Rollyn. Setelah itu, ia memacu kerja jantung Rollyn dengan menggunakan alat pacu jantung. Yang pertama, tidak berhasil. Dokter Dani mencoba lagi. Namun, kali ini juga tidak berhasil. Monitor penunjuk detak jantung Rollyn menunjukkan garis lurus, yang bararti nyawa Rollyn sudah tidak tertolong. Ia meninggal disaat usianya yang masih muda, meninggalkan orang-orang yang sangat mencintainya.
            Keesokan harinya, Ibu Rollyn kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes Rollyn. Ketika sampai di rumah sakit, ia sangat sedih. Ia teringat putrinya yang kemarin baru meninggalkannya. Oleh karena itu, ia tidak mau berlama-lama di rumah sakit itu. Setelah mengambil hasl tes Rollyn, ia langsung kembali ke rumah. Ia memutuskan untuk membuka hasil tes itu di rumah.
            Sesampainya di rumah, Ibu Rollyn membuka hasil tes itu. Setelah hasil tes itu dibuka dan dibacanya, ia sangat kaget dan sedih. Ia tidak menyangka putrinya mengalami penyakit yang cukup serius, yaitu penyakit meningitis. Karena ia tidak mau sedih berlarut-larut, ia langsung menyimpan hasil tes itu.

***

            Seminggu kemudian, barang-barang Rollyn yang ada di Australia dikirim ke Indonesia. Pagi itu, Vera dan Ibunya membereskan barang-barang itu. Ketika sedang membereskan, Vera menemukan surat hasil tes. Ia langsung memberikan surat hasil tes itu pada ibunya. Lalu, mereka membuka dan membacanya bersama. Ternyata, hasil tes itu menyatakan bahwa Rollyn terkena penyakit paru-paru. Karena melihat hasil tes itu, Ibunya sedih dan bingung, mengapa Rollyn tidak pernah menceritakan penyakit itu padanya? Akhirnya, Ibu Rollyn menghubungi Fikri, teman dekat Rollyn di Australia yang berasal dari Indonesia.
            “Halo tante.. Apa kabar? Ada apa menghubungi saya?” Ucap Fikri ketika telfon sudah tersambung.
            “Halo nak Fikri.. kabar tante baik-baik saja. Tante Cuma mau nanya, dulu Rollyn pernah mengalami penyakit paru-paru ya? Mengapa Rollyn tidak pernah menceritakan hal itu pada tante?” Tanya Ibu Rollyn.
            “Iya pernah tante. Jadi, dulu Rollyn pernah sakit semingguan lebih. Lalu, ia melakukan tes laboratorium untuk mengetahui penyakitnya. Ternyata, hasil tesnya menyatakan bahwa ia sakit paru-paru. Tadinya ia ingin menceritakan hali itu pada tante. Namun, karena beberapa hari kemudian keadaannya sudah membaik, lalu penyakit itu tidak mengganggunya, ia tidak jadi memberitahu tante mengenai penyakitnya itu. Ia takut tante panik.” Jawab Fikri.
            “Oh gitu.. terima kasih nak Fikri.” Ucap Ibu Rollyn.
            “Iya sama-sama tante.” Ucap Fikri dan langsung menutup telfonnya.
            Mendengar jawaban Fikri tadi, Ibu Rollyn merasa sedih karena ia tidak bisa mengetahui penyakit yang diderita Rollyn ketika di Australia, padahal penyakit yang diderita Rollyn itu penyakit yang cukup serius. Selain itu, ia juga teringat hasil tes yang baru diterimanya minggu lalu. Ia baru menyadari, bahwa penyakit Rollyn ketika ia sakit adalah penyakit paru-parunya yang kambuh dan semakin parah.
           

0 komentar on "Aku Ingin Pulang.."

Posting Komentar

Senin, 19 Desember 2011

Aku Ingin Pulang..

Aku Ingin Pulang…
Karya: Prida Asmarani

            “Kak Rollyn!” Teriak Shitta dan Vera gembira ketika melihat Rollyn keluar dari pintu kedatangan. Mereka langsung berlari ke arah Rollyn dan memeluknya.
            Sore ini, Ibu Rollyn, Shitta, dan Vera menjemput Rollyn di bandara. Rollyn baru pulang dari Australia setelah 4 tahun menuntut ilmu di sana. Sebenarnya Rollyn belum lulus kuliah,  namun karena suatu masalah, Rollyn memutuskan untuk meneruskan kuliah di Jakarta.
            Enam bulan kemudian, Rollyn sakit. Badannya panas, kepalanya sakit, dan ia suka mual-mual. Keluarganya banyak yang menjenguknya. Termasuk sore itu, adik sepupunya, Shitta menjenguknya. Ia membawakan Rollyn buah kesukaan Rollyn, yaitu jeruk.
            “Hai Kak Rollyn!” Ucap Shitta ramah ketika memasuki kamar Rollyn dan menghampiri Rollyn yang sedang terbaring di tempat tidurnya.
            “Hai sayang..“ Sahut Rollyn.
            “Nih aku bawain jeruk. Cepet sembuh ya kak biar kita bisa jalan-jalan lagi.” ucap Shitta sambil menunjukkan sekantung plastik jeruk dan menaruhnya di meja yang terletak di sebelah tempat tidur Rollyn.
            “Iya. Do’ain aja ya biar kakak cepet sembuh.” Ucap Rollyn.
            “Pasti dong kak!” ucap Shitta.
***
            Sudah satu minggu lebih Rollyn sakit. Selama itu, keadaannya belum membaik, bahkan keluarganya tidak tahu Rollyn sakit apa. Awalnya, keluarga Rollyn menyangkan bahwa Rollyn hanya sakit demam biasa. Namun, tidak mungkin kalau Rollyn hanya sakit demam tapi sampai sekarang ia belum sembuh. Akhirnya, keluarganya memutuskan untuk membawa Rollyn ke rumah sakit untuk dirawat inap.
            Keesokan harinya, dokter menyarankan agar Rollyn dicek untuk mengetahui penyakit apa yang diderita Rollyn. Rollyn dan keluarganya pun setuju.
            Dua hari kemudian, hasil tes Rollyn sudah ada. Ibu Rollyn dipanggil ke ruang dokter untuk diberitahu dan diberikan hasil tes Rollyn.
            “Bagaimana hasil tesnya dok?” Tanya Ibu Rollyn ketika ia sudah dipersilakan duduk oleh Dokter Ardi.
            “Hasil tesnya bagus. Rollyn tidak mengalami penyakit atau kelainan apa-apa.” Jawab Dokter Ardi.
            “Masa sih dok? Tapi mengapa sudah satu minggu lebih Rollyn belum sembuh dan demamnya belum juga turun?” Tanya Ibu Rollyn cemas.
            “Saya juga bingung, Bu. Awalnya saya juga tidak percara. Namun, hasil tesnya memang benar. Rollyn tidak mengalami penyakit apa-apa.” Jawab Dokter Ardi sambil melihat-lihat lagi hasil tesnya dan memberikannya pada Ibu Rollyn.
            “Oh yasudah kalau begitu. Terima kasih, dok.” Ucap Ibu Rollyn dan ia langsung keluar daru ruangan Dokter Ardi. Ia masih bingung, mengapa Rollyn belum sembuh juga padahal hasil tesnya bagus? Ia pun kembali ke ruang inap Rollyn masih dengan rasa penasaran.
            Setelah empat hari Rollyn dirawat, tidak ada kemajuan apa-apa. Demamnya belum turun. Ia masih merasa pusing, sakit kepala, lemas, dan mual-mual. Melihat keadaannya itu, keluarga Rollyn memutuskan untuk memulangkan Rollyn ke rumah.
***
            “Dek, sebenarnya aku sakit apa sih? Sudah dua minggu lebih aku nggak sembuh-sembuh. Aku capek dek! Aku udah nggak kuat!” ucap Rollyn putus asa sambil menangis ketika adiknya, Vera sedang menyuapi sarapan pagi untuknya.
            “Kak Rollyn jangan berkata seperti itu! Aku yakin nanti Kak Rollyn pasti sembuh. Kak Rollyn juga yakin dan berusaha buat sembuh ya..” ucap Vera menyemangati Rollyn. Ia juga ikut meneteskan air mata.
            “Tapi aku udah nggak kuat dek! Mendingan aku mati aja daripada harus menahan sakit seperti ini!” ucap Rollyn. Tangisnya semakin menjadi-jadi.
            “Hus! Kak Rollyn nggak boleh ngomong kayak gitu. Kak Rollyn nggak boleh ninggalin aku!”ucap Vera dan langsung memeluk kakaknya.
            Akhir-akhir ini, Rollyn sudah putus asa menghadapi penyakitnya. Ia sudah tidak kuat menahan sakit, pusing, mual. Bahkan ia sudah menolak jika disuruh minum obat. Ia mengatakan bahwa obat itu tidak bisa membuatnya sembuh. Buktinya, sampai sekarang ia belum sembuh juga, padahal ia sudah rutin minum obat.
***
            Kini, sudah genap satu bulan Rollyn menghadapi penyakitnya. Selama itu, ia sudah berkali-kali keluar-masuk rumah sakit. Keluarganya juga sudah mencoba membawanya ke pengobatan alternatif. Namun hasilnya nihil. Tidak ada perkembangan apa-apa. Kini keadaannya semakin buruk. Terkadang, ia seperti tidak sadar akan apa yang dikatakannya.
            “Aku ingin pulang…” ucap Rollyn tiba-tiba seperti tidak sadar akan apa yang dikatakannya.
            “Kak? Maksud kakak apa sih? Kakak sudah di rumah. Kakak sudah di kamar kakak sendiri. Kakak sudah tidak di rumah sakit lagi.” Ucap Vera bingung karena mendengar kata-kata kakaknya tadi.
            “Aku mau pulang! Pokoknya aku mau pulang!” bentak Rollyn. Tanpa berkata apa-apa, Vera langsung memeluk Rollyn sambil meneteskan air mata. Ia sedih melihat keadaan kakaknya yang semakin parah. Ketika itu, tiba-tiba Rollyn pingsan. Vera pun panik. Ia langsung memanggil ibunya. Setelah itu, mereka memutuskan untuk membawa Rollyn ke rumah sakit.
            Sesampainya di rumah sakit, Rollyn langsung ditangani dokter. Tidak lama kemudian, ia sudah siuman, dokter pun keluar dari ruangan rawat Rollyn. Ketika itu, dokter memberitahu keadaan Rollyn dan mengusulkan agar Rollyn dicek lagi untuk mengetahui penyakitnya. Karena mungkin saja kali ini penyakitnya itu bisa terdeteksi. Karena kali ini jenis tesnya berbeda dari tes sebelumnya. Keluarganya pun setuju. Tesnya dilakukan hari itu juga, dan hasilnya akan keluar tiga hari kemudian.
***
            Dua hari kemudian, keadaan Rollyn semakin parah. Ia dipindahkan ke ruang ICU agar mendapat perawatan yang lebih intensif. Sore harinya, tiba-tiba Rollyn sesak nafas. Ibu dan adiknya langsung memanggil dokter. Mereka sangat panik.
            Ketika sampai di ruangan Rollyn, Doker Dani langsung memeriksa keadaan Rollyn. Setelah itu, ia memacu kerja jantung Rollyn dengan menggunakan alat pacu jantung. Yang pertama, tidak berhasil. Dokter Dani mencoba lagi. Namun, kali ini juga tidak berhasil. Monitor penunjuk detak jantung Rollyn menunjukkan garis lurus, yang bararti nyawa Rollyn sudah tidak tertolong. Ia meninggal disaat usianya yang masih muda, meninggalkan orang-orang yang sangat mencintainya.
            Keesokan harinya, Ibu Rollyn kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes Rollyn. Ketika sampai di rumah sakit, ia sangat sedih. Ia teringat putrinya yang kemarin baru meninggalkannya. Oleh karena itu, ia tidak mau berlama-lama di rumah sakit itu. Setelah mengambil hasl tes Rollyn, ia langsung kembali ke rumah. Ia memutuskan untuk membuka hasil tes itu di rumah.
            Sesampainya di rumah, Ibu Rollyn membuka hasil tes itu. Setelah hasil tes itu dibuka dan dibacanya, ia sangat kaget dan sedih. Ia tidak menyangka putrinya mengalami penyakit yang cukup serius, yaitu penyakit meningitis. Karena ia tidak mau sedih berlarut-larut, ia langsung menyimpan hasil tes itu.

***

            Seminggu kemudian, barang-barang Rollyn yang ada di Australia dikirim ke Indonesia. Pagi itu, Vera dan Ibunya membereskan barang-barang itu. Ketika sedang membereskan, Vera menemukan surat hasil tes. Ia langsung memberikan surat hasil tes itu pada ibunya. Lalu, mereka membuka dan membacanya bersama. Ternyata, hasil tes itu menyatakan bahwa Rollyn terkena penyakit paru-paru. Karena melihat hasil tes itu, Ibunya sedih dan bingung, mengapa Rollyn tidak pernah menceritakan penyakit itu padanya? Akhirnya, Ibu Rollyn menghubungi Fikri, teman dekat Rollyn di Australia yang berasal dari Indonesia.
            “Halo tante.. Apa kabar? Ada apa menghubungi saya?” Ucap Fikri ketika telfon sudah tersambung.
            “Halo nak Fikri.. kabar tante baik-baik saja. Tante Cuma mau nanya, dulu Rollyn pernah mengalami penyakit paru-paru ya? Mengapa Rollyn tidak pernah menceritakan hal itu pada tante?” Tanya Ibu Rollyn.
            “Iya pernah tante. Jadi, dulu Rollyn pernah sakit semingguan lebih. Lalu, ia melakukan tes laboratorium untuk mengetahui penyakitnya. Ternyata, hasil tesnya menyatakan bahwa ia sakit paru-paru. Tadinya ia ingin menceritakan hali itu pada tante. Namun, karena beberapa hari kemudian keadaannya sudah membaik, lalu penyakit itu tidak mengganggunya, ia tidak jadi memberitahu tante mengenai penyakitnya itu. Ia takut tante panik.” Jawab Fikri.
            “Oh gitu.. terima kasih nak Fikri.” Ucap Ibu Rollyn.
            “Iya sama-sama tante.” Ucap Fikri dan langsung menutup telfonnya.
            Mendengar jawaban Fikri tadi, Ibu Rollyn merasa sedih karena ia tidak bisa mengetahui penyakit yang diderita Rollyn ketika di Australia, padahal penyakit yang diderita Rollyn itu penyakit yang cukup serius. Selain itu, ia juga teringat hasil tes yang baru diterimanya minggu lalu. Ia baru menyadari, bahwa penyakit Rollyn ketika ia sakit adalah penyakit paru-parunya yang kambuh dan semakin parah.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

☺ Just_Prida ☺ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Celebrity Gossip